Thursday, January 21, 2016

Begini Rasanya Ditegur Anak

“Apa yang ditanam itulah yang dituai”

 SEBELUM berangkat kantor, aku duduk di ruang tamu sembari membaca beberapa pesan di WA (whatsup) yang belum sempat kubuka. Dengan refleks kuambil tisu di atas meja untuk mengusap bekas air wudhu.  Refleks pula aku lempar tisu ke gelas di atas meja dengan berharap tisu yang sudah kugulung-gulung masuk dalam gelas. Pastinya itu gelas bekas teh yang sudah tak dipakai. Eh ternyata tisu itu tak masuk dan jatuh di bawah meja.
Di saat bersamaan muncul anak pertamaku, Asma Salsabila. Dengan nada tinggi dia menggerutu.

“Abi…abi lempar apa itu?” tanyanya.

 Sembari kaget aku gelagapan menjawab pertanyaannya. Belum sempat kujawab, Asma kembali mengulang pertanyaannya kali ini dengan nada lebih tinggi.

 “Abi…abi lempar apa itu? Hayuuu, apa itu,” katanya dengan ekspresi wajah marah sembari mengangkat telunjuknya.

 “Tisu nak. Biar masuk ke gelas jadi nanti enak di buang,” jawabku mencoba berkilah.

 “Abi kenapa lempar-lempar. Orang ada tempat sampah kok. Buangnya di tempat sampah dong,” kesalnya.  Masih dengan wajah ketus, dia lantas memungut sampah tisu dan membuangnya sendiri di tempat sampah, di dapur.

Aku hanya bisa bengong melihat reaksinya. Beberapa detik aku sempat merenung dan bahagian tentunya. Kebiasaan positif yang kuajarkan bersama umminya mulai diterapkan tanpa sadar. Itu yang namanya, alam bawa sadarnya sedang bekerja. Seperti pepatah “Apa yang ditanam itulah yang dituai.”

 Bukan begitu sodara-sodara. hehehe…

No comments:

Post a Comment